Kamis, 01 April 2010

Al Ankabut

Surat al-'Ankabut: Penengah, Sistem Heksagonal, Gelembung Alam Semesta

Surat nomor 29, al-'Ankabut atau Laba-laba, atau surat penengah, karena terletak di tengah-tengah surat fawatih, urutan ke-15. Berjudul laba-laba karena dalam surat ini terdapat hanya satu ayat yang menceritakan "rumah laba-laba", yaitu pada ayat 41.

"Sesungguhnya rumah yang paling lemah adalah rumah laba¬laba" (al-'Ankabut 29 :41).

Lalu mengapa al-Qur'an menunjuk rumah laba-laba sebagai perumpamaannya?

Dalam matematika, bilangan 29 adalah bilangan prima kembar dengan pasangan 31. Bagian paling menarik dari surat ini adalah hubungan antara "rumah laba-laba" yang berbentuk hexagonal atau bersudut 6 dengan bilangan prima kembar, serta hipotesis susunan (banyak) alam semesta.

Bentuk heksagonal, dengan segi 6 bersudut 60° adalah bentuk geometri yang paling efisien dalam memanfaatkan se¬mua area yang ada, karena dengan volume yang sama tetapi didapat dengan jumlah keliling yang paling sedikit, dibanding¬kan bentuk segi lainnya9 - misalnya, segi 8 atau segi 5. Tidak heran pola heksagonal ini-menurut NASA - dapat ditemukan di mana-mana, di alam semesta, baik teratur (tertutup) maupun tidak teratur (terbuka), karena efisien. Misalnya, sarang laba¬laba, sarang (sel) lebah, molekul atom, sel surya, kabel serat optik, buah jeruk, dan kristal es yang membeku. Hipotesis dari para ahli kosmos di Inggris, misalnya, Sir Martin Rees: bentuk (banyak) alam semesta seperti tersusun dari dengan ukuran yang sama sebuah gelembung kecil yang dikelilingi 6 gelem¬bung-gelembung lainnya-menjadikan bentuk yang paling kompak dengan pola heksagonal. Lalu mengapa angka 6? Ilmuwan matematika berpendapat bahwa umumnya kelipatan angka 6 selalu diikuti oleh bilangan prima baik sebelumnya atau sesudahnya. Bahkan beberapa di antaranya membentuk bilangan prima kembar yang istimewa; bilangan 29 dan 31, di tengahnya terdapat angka 30, (6 x 5). Bilangan 17 dan 19, di tengahnya angka 18, (6 x 3), dan bilangan 5 dan 7, di tengahnya angka 6. Bilangan lainnya adalah 41 dan 43, di tengahnya angka 42 (6 x 7). Susunan seperti ini, yang diyakini oleh sebagian besar ahli astrofisika sebagai susunan multi universes; yaitu 1 + 6. (satu di tengah, dikelililingi 6 lainnya).

Faktanya, Surat al-'Ankabut bernomor 29, pada ayat 41 (laba-laba): kedua-duanya adalah bilangan prima kembar, de¬ngan angka yang diapit bilangan 30 dan 42, merupakan pola heksagonal pula atau sistematika angka 6.

Sehubungan dengan angka 41, kriptogram Frank Drake menggunakan kode 1271 garis : produk dari bilangan prima 31 dan 41. Peralatan ini dapat dipergunakan untuk memecahkan kode komunikasi antargalaksi, yang diterima dari sinyal-sinyal ETI, Extra Terrestrial Intelligent.

Nah, sekarang pembaca mendapat pengertian baru, mengapa struktur jumlah surat al-Qur'an "kebetulan" merupa¬kan rangkaian matematik (19 x 6), dengan koefisien angka 6, yang sebelumnya tidak terungkap. Sekali lagi, bilangan prima kembar 5 mewakili jumlah shalat dalam sehari, prima kembar 7 mewakili lapisan langit dan bumi (7lapisan dimensi/alam), 17 mewakili jumlah rakaat shalat,19 mewakili kalimat basmallah dan struktur al-Qur'an, dan 29 mewakili surat-surat fawatih. surat-surat lainnya menggunakan bilangan prima 31 dan 41, misalnya Surat ar-Rahman dengan bilangan 31 dan ayat di atas menggunakan bilangan 41. Semua mewakili bilangan prima kembar yang mengapit pola angka 6: 6, 12, 18, 24, 30, 36,....n.

Surat "Penengah" ini seolah-olah ingin menunjukkan ra¬hasia alam semesta-dari pola heksagonal sarang laba-laba:

Sebagian besar astrofisikawan percaya bahwa susunan multi alam semesta ('alamin) mengambil pola heksagonal; di mana "gelembung (bubble) tengah" dikelilingi oleh "6 gelembung lainnya dengan ukuran sama". Susunannya kira-kira sama dengan ice flake, yang dibentuk oleh molekul air. Ini adalah gambaran yang palirng mendekati - karena (multi) alam semesta belum dapat dibuktikan ¬ hanya diyakini oleh para ilmuwan dengan pengukuran gaya gravitasi di kosmos dan jalannya cahaya.

Al-Qur'an yang disusun berdasarkan petunjuk Nabi Muhammad (taufiqi), tidak sesuai dengan urutan turunnya wahyu, ternyata mempunyai struktur yang spesifik. Penempatan surat, ayat, jumlah surat, jumlah ayat, semuanya tersusun sedemikian rupa sehingga kehilangan, bertambah atau tertu¬karnya ayat, apalagi tertukarnya surat, membuat kekacauan makna dan struktur tadi. Ini membuktikan bahwa al-Qur'an telah terkodetifikasi secara sempurna sejak 'azali.

Laba-laba ini Pengahasil Kain Sutera Loh...

“TIDAK SEMUA YG QT INGINKAN ITU BAIK BG KITA, ALLAH MAHA TAHU APA YG TERBAIK BG KITA”.

“TIDAK SEMUA YG QT INGINKAN ITU BAIK BG KITA,
ALLAH MAHA TAHU APA YG TERBAIK BG KITA”.


Kisah seseorang yg gagal mengejar impiannya menjadi seorang astronot ini hanyalah salah satu dari sekian banyak peristiwa di dunia ini.

“Semua dimulai dari impianku. Aku ingin menjadi seorang astronot. Aku ingin terbang ke luar angkasa. Tetapi aku tidak memiliki sesuatu yang tepat. Aku tidak memiliki gelar. Dan aku bukanlah seorang pilot”.
“Gedung putih mengumumkan mencari warga biasa untuk ikut dalam penerbangan 51-L pesawat ulang-alik Challanger. Dan warga itu adalah seorang guru. Aku warga biasa, dan aku seorang guru. Hari itu juga aku mengirimkan surat lamaran ke Washington”.
Setiap hari aku berlari ke kotak pos. Akhirnya datanglah amplop resmi dari gedung putih. Doaku terkabulkan ! aku lolos penyisihan pertama. Ini benar-benar terjadi padaku. Selama beberapa minggu berikutnya, perwujudan impianku semakin dekat saat gedung putih mengadakan test fisik dan mental. Begitu test selesai, aku menunggu dan berdoa lagi.
Aku tahu aku semakin dekat dengan impianku. Beberapa waktu kemudian, aku menerima panggilan untuk mengikuti program latihan astronot khusus di Kennedy Space Center. Dari 43.000 pelamar, kemudian 10.000, dan kini aku menjadi bagian dari 100 orang yang berkumpul untuk penilaian terakhir. Ada uji simulator, uji klaustrofobi, latihan ketangkasan, percobaan mabuk udara. Siapakah diantara kami yang bias melewati ujian terakhir ini?
Ya Allah… biarkan aku yang terpilih, begitu aku berdoa. Lalu tibalah berita yang menghancurkan itu. Gedung Putih memilih Christina McAufliffe. Aku kalah. Impian hidupku hancur. Aku mengalami depresi. Rasa percaya diriku lenyap, dan amarah selalu menggantikan kebahagianku. Aku mempertanyakan semuanya. Kenapa Ya Allah…? Kenapa bukan aku...? bagian diriku yang mana yang kurang Ya Allah…? Mengapa aku diperlakukan kejam…?
Aku berpaling pada guruku. Katanya, “ Semua terjadi karena suatu alasan.”
Selasa, 03 Desember1986, aku berkumpul bersama teman-teman untuk melihat peluncuran Challanger. Saat pesawat itu melewati menara landasan pacu, aku manantang impianku untuk terakhir kali. Ya Allah… aku bersedia melakukan apa saja agar berada dalam pesawat itu. Kenapa bukan aku..?
Tujuh puluh tiga detik kemudian, Allah menjawab semua pertanyaanku dan menghapus semua keraguanku saat Challanger meledak, dan menewaskan semua penumpang.
Aku teringat kata-kata guruku, “Semua terjadi karena suatu alasan.” Aku tidak terpilih dalam penerbangan itu, walaupun aku sangat menginginkannya karena Allah memiliki alas an lain untuk kehadiranku di bumi ini. Aku memiliki misi lain dalam hidup. Aku tidak kalah… aku seorang pemenang. Aku menang karena aku telah kalah.