Kamis, 01 April 2010

“TIDAK SEMUA YG QT INGINKAN ITU BAIK BG KITA, ALLAH MAHA TAHU APA YG TERBAIK BG KITA”.

“TIDAK SEMUA YG QT INGINKAN ITU BAIK BG KITA,
ALLAH MAHA TAHU APA YG TERBAIK BG KITA”.


Kisah seseorang yg gagal mengejar impiannya menjadi seorang astronot ini hanyalah salah satu dari sekian banyak peristiwa di dunia ini.

“Semua dimulai dari impianku. Aku ingin menjadi seorang astronot. Aku ingin terbang ke luar angkasa. Tetapi aku tidak memiliki sesuatu yang tepat. Aku tidak memiliki gelar. Dan aku bukanlah seorang pilot”.
“Gedung putih mengumumkan mencari warga biasa untuk ikut dalam penerbangan 51-L pesawat ulang-alik Challanger. Dan warga itu adalah seorang guru. Aku warga biasa, dan aku seorang guru. Hari itu juga aku mengirimkan surat lamaran ke Washington”.
Setiap hari aku berlari ke kotak pos. Akhirnya datanglah amplop resmi dari gedung putih. Doaku terkabulkan ! aku lolos penyisihan pertama. Ini benar-benar terjadi padaku. Selama beberapa minggu berikutnya, perwujudan impianku semakin dekat saat gedung putih mengadakan test fisik dan mental. Begitu test selesai, aku menunggu dan berdoa lagi.
Aku tahu aku semakin dekat dengan impianku. Beberapa waktu kemudian, aku menerima panggilan untuk mengikuti program latihan astronot khusus di Kennedy Space Center. Dari 43.000 pelamar, kemudian 10.000, dan kini aku menjadi bagian dari 100 orang yang berkumpul untuk penilaian terakhir. Ada uji simulator, uji klaustrofobi, latihan ketangkasan, percobaan mabuk udara. Siapakah diantara kami yang bias melewati ujian terakhir ini?
Ya Allah… biarkan aku yang terpilih, begitu aku berdoa. Lalu tibalah berita yang menghancurkan itu. Gedung Putih memilih Christina McAufliffe. Aku kalah. Impian hidupku hancur. Aku mengalami depresi. Rasa percaya diriku lenyap, dan amarah selalu menggantikan kebahagianku. Aku mempertanyakan semuanya. Kenapa Ya Allah…? Kenapa bukan aku...? bagian diriku yang mana yang kurang Ya Allah…? Mengapa aku diperlakukan kejam…?
Aku berpaling pada guruku. Katanya, “ Semua terjadi karena suatu alasan.”
Selasa, 03 Desember1986, aku berkumpul bersama teman-teman untuk melihat peluncuran Challanger. Saat pesawat itu melewati menara landasan pacu, aku manantang impianku untuk terakhir kali. Ya Allah… aku bersedia melakukan apa saja agar berada dalam pesawat itu. Kenapa bukan aku..?
Tujuh puluh tiga detik kemudian, Allah menjawab semua pertanyaanku dan menghapus semua keraguanku saat Challanger meledak, dan menewaskan semua penumpang.
Aku teringat kata-kata guruku, “Semua terjadi karena suatu alasan.” Aku tidak terpilih dalam penerbangan itu, walaupun aku sangat menginginkannya karena Allah memiliki alas an lain untuk kehadiranku di bumi ini. Aku memiliki misi lain dalam hidup. Aku tidak kalah… aku seorang pemenang. Aku menang karena aku telah kalah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar